NISFU Syaban adalah malam kelima
belas bulan Syaban. Menurut Al-Wana’i, ia termasuk salah satu di antara malam
utama untuk berdoa menggapai kelapangan hidup; bahkan urut kedua setelah malam
al-Qadar yang dirahasiakan Allah SWT, sedangkan malam ini tidak dirahasiakan
oleh-Nya.
Menurut Imam Asy-Syafi’i ada lima malam doa mustajab, yaitu malam Jumat, dua malam hari raya, malam pertama Rajab dan malam nisfu Syaban. (Latha’if al-Ma’arif, Ibnu Rajab al-Hambali, hal 241). Ia adalah malam berkah karena rahmat Allah SWT menyebar luas, karenanya seorang mukmin seyogyanya memanfaatkanya momentum ini dengan berdoa, istigfar dan taubat (Ahadits Al-Qudsiyyah, Fathi Ghanim, jilid 1, hal 74).
Ada beberapa hadits tentang nisfu Syaban, yaitu :
1. Hadits riwayat Ibnu Majah dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW bersabda: “Bila malam nisfu Syaban tiba maka dirikanlah salat malamnya dan puasalah di siang harinya; sungguh Allah SWT turun pada malam itu ke langit dunia (mungkin rahmat atau malaikat-Nya, wallahu a’lam) dengan tenggelamnya matahari dan berseru: “adakah orang yang memohon ampun, niscaya Aku ampuni; adakah orang yang memohon rezeki, niscaya Aku beri; adakah orang yang mendapat bencana (sakit minta kesembuhan), niscaya Aku sembuhkan”; demikian seterusnya, hingga terbit fajar”. (At-Targib, juz 2, hal 120).
2. Hadits riwayat Tabrani dan Ibnu Majah dalam shahihnya, dari Mu’az bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT memandang kepada seluruh makhluk-Nya pada malam nisfu Syaban, Dia pun mengampuni seluruh makhluk-Nya itu, kecuali orang-orang musyrik dan mereka yang saling berseteru.”
3. Hadits riwayat Baihaqi dari Aisyah ra, Nabi SAW bersabda : “Jibril as datang kepadaku mengabarkan bahwa ini adalah malam nisfu Syaban, Allah SWT membebaskan banyak penghuni neraka sebanyak bulu kambing Bani Kilab, namun Dia tidak memandang kepada orang musyrik, mereka yang saling berseteru, orang yang sombong, orang yang durhaka kepada ibu bapak dan pencandu minuman keras.”
4. Hadits riwayat Ahmad dari Abdullah bin Amru, Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT memperhatikan semua makhluk-Nya pada malam nisfu Syaban, Dia pun mengampuni hamba-hamba-Nya, kecuali dua orang, yaitu orang yang berseteru dan orang yang bunuh diri.”
5. Hadits riwayat Baihaqi dari Al-Ula bin Al-Harits, katanya hadis ini bernilai mursal jayyid, bahwa Aisyah ra menceritakan: “Suatu malam, Rasulullah SAW bangun mendirikan salat malam. Sujudnya lama sekali sehingga aku kira beliau telah wafat. Lalu aku gerakkan jari kakinya, ternyata bergerak. Aku dengar dalam sujudnya, beliau berdoa memohon perlindungan dari azab-Nya dengan keampunan-Nya, memohon perlindungan dari murka-Nya dengan ridha-Nya, dan banyak pujian lainnya.
Usai salat ia berkata: “Wahai Humaira, apakah kamu kira aku telah meninggalkanmu; kujawab: “Tidak wahai Rasul, tetapi kukira kamu telah wafat karena lamanya engkau sujud.” Lalu Rasulullah SAW menjelaskan bahwa malam itu adalah malam nisfu Syaban, dimana Allah SWT memperhatikan para hamba-Nya, Dia memberikan ampun kepada mereka yang memohon ampun, menganugerahkan rahmat kepada mereka yang memintanya, namun Dia menunda anugerahnya kepada orang-orang yang dengki…”
Dari beberapa hadits ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa malam nisfu Syaban adalah malam yang baik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Syekh AhmadAsy-Syarbashi berkata: “Tidak ada ibadah khusus dalam menyemarakkan malam nisfu Syaban, namun minimal seseorang salat Magrib dan Isya berjemaah, dan melengkapinya dengan sunat rawatib keduanya, ditambah dengan berzikir dan beristigfar semampunya.” (Yas-alunaka fi ad-Dien wa al-Hayat, hal. 348).
Kita pun ikut berkata: “Tidak ada salahnya umat Islam manfaatkan momentum malam dan siang nisfu Syaban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan banyak beristigfar dan berdoa, karena kita tahu potret negeri ini sudah sangat buram. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar